Saturday, August 4, 2018

The Tale of The Princess Kaguya, Ketika Kecantikan serta Status Sosial Tidak Membawa Kebahagiaan

The Tale of
[caption id="attachment_360016" align="aligncenter" width="600" caption="Putri Kaguya (asal commonsensemedia.org)"][/caption]

Setelah sukses mencetak box office dengan Spirited Away, di tahun 2015 ini Studio Ghibli asal Jepang balik  bekerjasama dengan distributor film raksasa buat memperkenalkan film produksi tahun 2013 mereka, Kaguya-hime no Monogatari atau lebih dikenal sebagai The Tale of The Princess Kaguya.

Film animasi 2D ini dibuka dengan kisah seorang kakek bernama Sanuki no Miyatsuko yg sedang menebang bambu sebagai mata pencariannya.  Saat sedang menebang bambu itulah, Miyatsuko menemukan sebatang bambu yg bersinar dan menarik perhatiannya.  Bambu itu lalu terbuka dan nampaklah seorang gadis kecil seukuran telapak tangan di dalamnya.

Ini sempurna hadiah dari nirwana, ujar Miyatsuko yg lalu membawa gadis kecil itu ke rumahnya.

Tatkala gadis kecil itu diserahkan dalam istri Miyatsuko, sebuah keajaiban terjadi.  Gadis itu bermetamorfosis sebagai seorang bayi wanita dan tumbuh dengan cepat, sangat cepat.  Miyatsuko beserta istrinya yg kebetulan belum mempunyai anak, merasa sangat senang dengan kehadiran bayi tadi yg di lingkungannya lalu dikenal dengan nama Takenoko (Little Bamboo).  Kebahagiaan mereka semakin bertambah ketika Miyatsuko dan istrinya menemukan poly emas di bambu kawasan Takenoko ditemukan.  Mereka sekarang kaya-raya dan pindah ke kota akbar.

Beberapa tahun lalu, Takenoko tumbuh sebagai seorang gadis yg sangat cantik.  Lord Akita, penguasa wilayah tadi lalu menyampaikan nama Putri Kaguya kepada Takenoko.  Sejak itu kecantikan Putri Kaguya sebagai butir bibir dan poly pemuda yg bermaksud meminangnya  termasuk Kaisar sendiri!

Namun, siapakah sebenarnya Putri Kaguya?  Dari manakah ia berasal?

Artwork yg Unik dan Mempesona

Diangkat dari cerita warga Jepang, The Tale of The Princess Kaguya menunjukkan artwork yg unik dan mempesona, ini sama sekali bukan anime ala Jepang ataupun film animasi 2D ala Barat.  Menonton The Tale of The Princess Kaguya cita rasanya seperti melihat gambaran dalam kitab cerita klasik.

Artworknya bila saya nir galat seperti lukisan dengan krayon ataupun cat minyak, sahih-sahih khas dengan warna-warna pastel (netter bisa melihatnya sendiri di trailer yg saya sertakan di akhir goresan pena).  Dan seperti biasanya film Jepang, The Tale of The Princess Kaguya nir poly dihiasi musik latar buat memperkuat adegan.  Namun justru dengan sepinya film ini dari musik, adegan-adegan yg ditampilkan jadi lebih bertenaga dan mengena.

Selain artwork, film berdurasi lebih kurang 137 menit ini mempunyai jalan cerita yg luar biasa memukau seperti film-film produksi Studio Ghibli lainnya.  Buat saya langsung, pesan yg ingin disampaikan pengarah adegan Isao Takahata ngena banget.  Dikisahkan bahwa Putri Kaguya sebenarnya lebih menyukai kehidupan sebelumnya yg dekat dengan alam dibanding kehidupannya ketika ini yg bergelimang kekayaan tetapi penuh pengekangan.

Ya, sebagai cantik dan kaya ternyata nir sepenuhnya membahagiakan setidaknya bagi Putri Kaguya, apalagi Miyatsuko terkesan terobsesi dengan status sosial yg tinggi sehingga dalam beberapa adegan ia tampak mendesak putrinya buat melakukan hal-hal yg sebenarnya bukan sebagai harapan Putri Kaguya juga oleh mak.

Kebahagiaan seorang putri (bangsawan) adalah menikah dengan seorang lelaki bangsawan.  Itulah kebahagiaan yg sesungguhnya, ungkap Lady Sagami, pengajar Putri Kaguya.

Tapi aku belum pernah bertemu dengan para pelamarku, kata Putri Kaguya.  Bagaimana bisa aku memilih galat salah satu mereka?

Pudah saja.  Kau tinggal pilih satu nama yg terdapat di sini, dan kalian akan bertemu ketika hari pernikahan.

Petikan dialog di atas hanya sedikit dari dialog-dialog berisi di film yg sudah meraih poly sekali penghargaan internasional ini (8 penghargaan dan 27 nominasi).  Selain konsep kebahagiaan anak dari orangtua, cinta yg tak tersampaikan, terdapat juga dialog perihal korelasi insan dengan alam.

Kesimpulan

Pada akhirnya saya menilai The Tale of The Princess Kaguya adalah film dengan penikmat tersendiri. Film ini bukan film pop.

Mulai dari artwork yg unik dan nyaris tanpa warna mencolok, dialog-dialog yg penuh makna, hingga beberapa adegan yg bisa-bisa dikenal sebagai nir lazim dimunculkan dalam film.

Setidaknya terdapat 2 scene yg memberitahuakn puting payudara seorang mak tatkala menyusui anaknya dimana yg satu malah close-up.  Selain itu dalam adegan Kaisar memeluk paksa Putri Kaguya dari belakang yg meski digambarkan dengan halus, permanen terasa adanya nafsu yg menyertai pelukan tadi.

Bahkan MPAA sendiri pun memberi rating PG (Parental Guidance) buat The Tale of The Princess Kaguya.

Cuma itu.

Adapun secara keseluruhan, saya menilai The Tale of The Princess Kaguya sebagai film yg luar biasa bagus dan sangat memukau.

Kemudian sebagai catatan akhir, film ini dirilis dalam 2 bahasa, Jepang dan Inggris.  Saya lebih merekomendasikan netter buat menonton yg versi Jepangnya sebab di bagian akhir film ini, Putri Kaguya menyenandungkan sebuah lagu atau syair yg tentunya akan lebih berasa apabila didengarkan dalam bahasa aslinya.  Namun apabila netter mencari bahasa yg lebih gampang dimengerti, menonton versi Inggrisnya pun sama asyiknya.

Semoga goresan pena saya kali ini bermanfaat, selamat berburu, dan selamat berakhir pekan!

Tautan Luar :

Disney official site (Japan),

Official site (Japan),

Official site (US),

IMDB,

Official US trailer

Tulisan ini masuk kategori Buku, Film, dan TV dan dipublish pertamakali diblog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan nir menghapus/mengedit amaran ini.

No comments:

Post a Comment