Studi yg dipublikasikan dalam jurnal Diabetes itu memberi pandangan lebih mendalam ihwal treapi obesitas yg lebih menjanjikan pada masa depan.
"Ketika orang obesitas mengurangi asupan makannya, respon metabolik mampu sangat bervariasi. Metabolisme yg lambat kemungkinan berkontribusi terhadap sulitnya penurunan berat," terang penulis peneltian Susanne Votruba, yg pula ialah penyelidik klinis PECRB.
"Faktor gaya hidup seperti pola diet pula memengaruhi kemampuan tubuh menurunkan bobotnya. Hasil studi kami menyarankan, citra yg lebih besar termasuk melihat fisiologis individual."
Para peneliti mengukur & memanipulasi jumlah kalori yg wajib diasup oleh 12 pria & perempuan obesitas selama enam minggu. Setelah satu hari berpuasa, peneliti mencatat berukuran pertama para relawan lalu mengurangi asupan kalori mereka sebesar 50 % buat sisa masa studi.
Setelah memerhitungkan faktor usia, gender, ras & berat awal, mereka menemukan bahwa relawan yg turun berat badan paling sedikit mempunyai metabolisme yg paling lambat terutama pada masa puasa.
Dugaan para dokter, bahwa faktor biologi individu memang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang menurunkan berat badan, sekarang sudah terbukti.
Para peneliti memberi label peserta yg kehilangan paling sedikit berat badan sebagai orang-orang bareng metabolisme "hemat" & yg kehilangan paling banyak berat badan sebagai bermetabolisme "boros".
Namun, para peneliti masih nir yakin apa yg membuahkan perbedaan kecepatan metabolisme tersebut, apakah memang bawaan lahir atau akibat dari dampak lingkungan? Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan buat memecahkan rahasia ini.
No comments:
Post a Comment