Monday, August 6, 2018

Dietary Intake Monitoring Application (DIMA) Untuk Evaluasi Asupan Cairan serta Diet Bagi Pasien Hemodialisa

Dietary Intake Monitoring


Disusun Oleh

Epi Rustiawati

NPM. 1106122455

Program Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah FIK UI

I.Abstrak

Pasien gagal ginjal tahap akhir yg menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter serta 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal tahap akhir yg menjalani dialisa bareng hemodialisis (HD) harus menjaga cairan yg dibatasi diet untuk mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa mengakibatkan hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, serta kematian. Prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Linberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan serta diet. Saat ini sudah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini dirancang sebagai liputan yg interaktif untuk membantu pasien memonitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri asupan cairan serta diet. Berdasarkan output penelitian dari Seik (2006), diperoleh output lebih akurat untuk memonitor asupan cairan serta diet secara bisa berdiri diatas kaki sendiri.

Kata kunci: pasien gagal ginjal tahap akhir, hemodialisa, monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri, Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)

II.Latar Belakang

Manajemen kepada pasien gagal ginjal satu dari terapinya ialah hemodialisia Pasien yg menjalani terapi hemodialisa lebih dari 300.000 orang Amerika (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and Suddart, 2007). Di Australia tahun 2008 tercatat 986,825 pasien gagal ginjal kronis menjalani terapi dialisa, serta 99,lima% ialah terapi hemodialis, baik di tempat tinggal sakit taupun di tempat tinggal (Reid, 2011). Perhimpunan Nefrologi Indonesia, kepada tahun 2008 jumlah pasien dialisa bareng hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang . Menurut Prof Dr HM RachmatSeolaeman dr Sp PD-KGH, Pasien hemodialisis baru tahun 2008 naik menjadi 2260 orang dari 2148 orang kepada tahun 2007 (www.antarsumut.com).

Kesuksesan hemodialisa tergantung kepada kepatuhan untuk pasien. Pada populasi hemodialysisdisebut pasien dialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% hingga 60%, ketidakpatuhan diet 2% hingga 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. ( 2005), pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam pengelolaan kontrol pembatasanasupan cairan serta diet.

Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan sehari-hari ialah tanggung jawab klien.Pasien dialisamempunyai kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, serta perawat harus fokus kepada kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam menyampaikan perawatan kepada pasien , memproduksi nursing system yg effisien serta efektif dalam menentukkan cara-cara yg betul dalam membantu self care pasien (Simmons, 2009) dalam monitoring cairan serta diet.

Perawat di Universitas Indiana-Purdue menyebarkan perangkat lunak elektronik PDA untuk membantu pasien dialisa dalam memonitor asupan cairan serta diet serta hasilnya lebih akurat terhadap kepatuhan cairan serta diet dibandingkan dengankertas catatan harian kepada tahun 2003(Dowell and Welch, 2006). Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan perangkat lunak PDA DIMA, sebagai indera bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan serta diet bareng liputan interaktif serta umpan pulangyang cepat, sebagai akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan serta diet sebagai media untuk kontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan bareng mudah mengkonversi serta menghitung asupan cairan serta diet setiap hari , perangkat lunak yg menyediakan berbagai macam liputan interaktif serta umpan pulanguntuk membantu pasien memantau cairan serta asupan kuliner.

III.Kajian Literatur.

Gagal Ginjal Kronis serta Hemodialisa

Penyakit gagal ginjal kronis keadaan terjadi penurunan fungsi jaringan ginjal secara progresif sebagai akibatnya massa ginjal yg terdapat tidak dapat lagi mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black & Hawks, 2005).Saat penurunan fungsi jaringan ginjal, ginjal mengalami kesulitan serta membuang serta meyaring racun serta cairan.

Manajemen kepada pasien gagal ginjal tahap akhir satu dari terapinya ialah hemodialisia. Haemodialisa ialah metode yg paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika ketika ini menerima hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung kepada kepatuhan pasien.

Kesuksesan hemodialisa tergantung kepada kepatuhan pasien. Pada populasi hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan 60%, ketidakpatuhan diet 57%, waktu dyalisis terhambat 19%,ketidakpatuhan obat9% (Griva, 2011). Menurut Lindberg et al (2009), Welch& Austin (1999) dalam Reid (2011), Johnstone & Halshaw (2003), Mallick & Gokal 1999, Newmann & Litchfield (2005), Pace (2007), Sagawa dkk. (2003), Sharp et al. pasien hemodilisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan serta diet.

Pasien hemodialisa harus membatasi asupan cairan untuk mencegah overload cairan karena. Sebuah studi baru registri nasional (Lindberg et al, 2009) memberikan, bahwa poly pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan serta diet. Bots dkk. (2005) Pasien dialisis harus menjaga cairan yg dibatasi diet untuk mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa mengakibatkan hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, serta prematur kematian.

Pasien hemodialisa memerlukan monoton perawatan. Perawatan diri sehari-hari termasuk mengelola perawatan yg rumit rejimen restriksi diet, keterbatasan cairan, obat, serta akses vaskular perawatan (Richard, 2006). Ini perawatan sehari-hari ialah tanggung jawab klien. Pasien hemodialisa memiliki kemampuan alami dalamperawatan diri(self care) sehari-hari, serta perawat harus fokus kepada kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam Simmons, 2009). Perawat dalam menyampaikan perawatan kepada pasien , memproduksi nursing system yg effisien serta efektif dalam menentukkan cara-cara yg betul dalam membantu self care pasien dalam monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri terutama perihal asupan cairan serta diet (Simmons, 2009).

Monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri pasien dalam asupan cairan serta diet menjadi satu dari cara yg efektif bagi pasien dialisa dalam menjaga kesehatannya. Hasil penelitian monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri bagi pasien hemodialisa dapat menurunkan asupan cairan serta diet. Pasien biasanya memakai kertas kitab harian kertas serta merecall seharian asupan cairan serta diet ketika monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri. Hasil penelitian monitoring diri bareng memakai kertas catatan harian terhadap kepatuhan asupan cairan serta diet 11% dalam beberapa kasus. Jila pasien memakai kitab harian elektronik, mirip kepada PDA, taraf kepatuhan dengan tinggi 94% (Stone et al, 2002; Batu et al, 2003 dalam Siek, 2006; Burkee, 2005), hal ini memberikan bahwa monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri bareng elektronik ialah cara yg lebih akurat serta lebih baik bagi individu untuk monitor bisa berdiri diatas kaki sendiri.Pada tahun 2005, universitas Indiana mengembangakan DIMA, sebagai perangkat lunak PDA yg menjadi indera bantu pasien hemodialisa dalam memonitoring asupan cairan serta diet bareng liputan interaktif serta umpan balik, sebagai akibatnya lebih memudahkan pasien hemodialisa dalam memonitor asupan cairan serta diet sebagai media untukkontol diri dalamperawatan diri sehari-hari (Seik, 2006). Pasien hemodialisa akan bareng mudah mengkonversi serta menghitung asupan cairan serta diet setiap hari.

Kesehatan seorang pasien tidak penghalang untuk memakai teknologi mirip yg sudah ditunjukkan dalam beberapa studi empiris (Brennan et al, 1992;. Brennan et al, 1995;.. Gustafson et al, 1999). PDA sebagai satu dari indera elektronik sudah dipergunakan untuk membantu pasien hemodialisa dalam pemantauan untuk melaporkan gejala berbagai konteks kesehatan (Affleck et al, 1998;.. Affleck et al, 1996; Broers et al, 2002;.. Newman et al, 1997 dalam Siek, 2006).

Dietary Intake Monitoring Application (DIMA)

Aplikasi DIMA merupakan upaya kolaborasi antara kepatuhan pasien hemodialisis, ilmu komputer serta informatika, nutrisi, biostatistik, serta peneliti nefrologi. Aplikasi ini akan memungkinkan pasien untuk masukan kuliner atau cairan item bareng menentukan ikon atau memindai barcode kepada item kuliner/minuman atau bareng merekam bunyi bila kuliner/minuman yg dikonsumsi tersebut item yangtidak memilikiada barcode. Sehingga pasien akan bisa melihat taraf konsumsi mereka untuk kalium, fosfor, kalori, protein serta cairan perhari (Seik,2006).

Gambar 1: Alur perangkat lunak DIMA

Software yg dipergunakan DietMatePro yg dipergunakan untuk acara PDAuntuk liputan diet atau cairan yg dikonsumsi pasien hemodilisa dalam catatan elektronik. Pasien akan memasukan jenis serta jumlah yg dikonsumsi setip hari.

Hardware yg dipergunakan off-the-shelf Palm OS Tungsten T3 PDA. Tungsten T3 memiliki layar yg lebar, tombol yg luas, rekam bunyi, memory serta bluetooth. Socket in-hand SDIO scarnner dipergunakan untuk scan barcode kuliner atau minuman yg sudah tercantum.

Gamabar 2: Cara pasien hemodialiasa melakukan scanner kuliner

Sumber: An Evaluation of Food Items Input into an Electronic Food Monitoring Application, Katie A. Siek. 2006

Aplikasi disain DIMA yg dipergunakan bareng cara menscan kuliner yg tercantum barcode atau pasien bisa merekan bunyi pasien perihal jenis serta porsi kuliner atau minuman yg tidak memiliki barcode mirip kuliner di tempat tinggal atau restauran.

Gambar 3: Disain Aplikasi DIMA

Setelah pasien memasukan data jenis, porsi kuliner baik bareng cara menscan kuliner yg tercantum barcode ataupun pasien merekam bunyi jenis kuliner yg tidak memiliki barcode, makan layar secara cepat akan memunculkan umpan pulanginteraktif segara perihal jumlah taraf konsumsi mereka untuk kalium, fosfor, kalori, protein serta cairan perhari.

IV.Kesimpulan serta Rekomendasi

Manajemen kepada pasien gagal ginjal tahap akhir satu dari terapinya ialah hemodialisia. Haemodialisa ialah metode yg paling generik dipergunakan dialisis: lebih dari 300.000 orang Amerika ketika ini menerima hemodialisis (Parker, Bliwise & Rye, 2000; Brunner and suddart, 2007). Kesuksesannya tergantung kepada kepatuhan.

Pasien gagal ginjal tahap akhir yg menjalani hemodialisis hanya boleh minum 1 liter serta 2 gram garam setiap harinya. Bots dkk. (2005), pasien penyakit ginjal tahap akhir yg menjalani dialisa bareng hemodialisis (HD) harus menjaga cairan yg dibatasi diet untuk mencegah overload cairan. Overload cairan kronis bisa mengakibatkan hipertensi, akut paru edema, gagal jantung kongestif, serta kematian.

Pasien hemodialisa mengalami kesulitan dalam mengelola kontrol pembatasanasupan cairan serta diet. Saat ini sudah dikembangankanaplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) yaitu Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), perangkat lunak ini dirancang sebagai liputan yg interaktif untuk membantu pasien memonitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri asupan cairan serta diet. Berdasarkan output penelitian dari Seik (2006), diperoleh output lebih akurat untuk memonitor asupan cairan serta diet secara bisa berdiri diatas kaki sendiri.

Aplikasi elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA), memiliki akibat positif terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam membantu self care pasien untuk monitoring mandiriterutama perihal asupan cairan serta diet.

Monitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri pasien dalam asupan cairan serta diet menjadi satu dari cara yg efektif bagi pasien hemodialisa untuk mempertinggi taraf kepatuhan pasien dalam menjaga taraf kepatuhandan mempertinggi kualitas hidup pasien.

Berdasarkan analisa diatas, perangkat lunak elektronik Personal Digital Assist (PDA) Dietary Intake Monitoring Application (DIMA),memungkinkan bisa dipergunakan sebagai indera bantu pasien hemodialisa di indonesia untuk menjaga kepatuhan diet serta cairan di Indonesia,khususnya bagi pasien hemodialisa di tempat tinggal sakit akbar atau preman di kota-kota akbar yg yg memiliki aspek biaya serta didukung sang pakar ilmu komputer serta informatika serta perawat nefrologi.

Peran perawat di unit hemodialisa berperan dalam mencegah terjadinya ketidakpatuhan pasien, diantaranya kelebihan cairan menjadi duduk perkara yg generik. Menurut (Yokohama, 2006), adanya hubungna support dari tenaga kesehatan dengam kepatuhan pasien mengontrol cairan serta diet. Sehingga kiprah perawat membantu,mengarahkan , mengkontrolsistem aktivitas terencanamengembangkan kemampuanpasien memonitoring bisa berdiri diatas kaki sendiri asupan cairan serta diet bareng perangkat lunak PDA DIMA.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M. & Hawks, J.H.. (2005). Medical-surgical nursing. Clinical management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis. Missouri. Elsevier Saunders.

Bots C.P, et al. (2005). Chewing gum and a saliva substitute alleviate thirst and

xerostomia in patients on haemodialysis, http://ndt.oxfordjournals.org/cgi/content/full/ghh675?ijkey=14NzgzcLTwzUdankeytype=ref diunduh lepas 23 Maret 2012

Brunner LS, Suddharth (2002). DS. Text book of Medical Surgical Nursing. 6th ed. London: Mosby. Lora E.

Burkee, Lora,E. (2005). Self-Monitoring Dietary Intake: Current and Future Practices. Journal of Renal Nutrition, Vol 15, No 3 ( July), 2005:Hal. 281-290.

Dowell, Shannon,A. (2006).Use of Self Electronic Monitoring for Food and Fluid Intake: Pilot project. Nephrology Nursing Journal; May/Jun 2006; 33, 3; ProQuest Hal. 271

Griva, K., et all (2011). The NFK-NUS Haemodyalisis Trial Protocol-a Randomized Controlled Trial to Detetmine The effectiveness of a Self Management Intervention for Haemodyalisis Patients.Biomed Central, Ltd. Http://www.biomedcentral.com/1471-2369/12/4 diunduh lepas 27 maret 2012.

Lindberg, M.(2010). Excessive Fluid Overload Among Haemodyalisis Patient: Prevalence, Individual Characteristics and Self Regulation of Fluid Intake. Universitas Uppsala. http://urn.kb.se/resolve?urn:nbn;uu:diva-121983 diunduh lepas 23 maret 2012.

Richard, C.,J. (2006). Self Care Management in Adults Undergoing Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 33. No. 4

Reid, C.(2011).Self management of haemodialysis for End Stage Renal Disease: a systematic review.JBI Library of Systematic Reviews.Vol 9. No (3):69-103

Simmons, L. (2009). Dorthea Orems Self Care Theory as Related to Nursing Practice in Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 4

Siek, K.,A.(2006). The Food We Eat: An Evaluation of Food Items Input into an

Electronic Food Monitoring Application. Indiana: NSF

Seik, K.,A. (2006). The Design and Evaluation of an for Dialysis Patient. ProQuest Information and Learning Company

Yokohama, Y., et all (2009). Dialysis Staff Encouragement and Fluid Control Adherence in Patients on Haemodyalisis. Nephrology Journal Nursing. Vol 36. No. 3

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/03/11/22385189/Awas.Hipertensi.Rusak.Ginjal.Knda. Diunduh lepas 29Oktober 2012 jam 01.00.

No comments:

Post a Comment